Kamis, 22 Oktober 2015

Teori Atom

Teori dan Model Atom Dalton, Thomson, Rutherford, dan Bohr 1. Model Atom Dalton Teori John Dalton (1766-1844) adalah sebagai berikut. a. Atom merupakan materi yang terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi. b. Atom suatu unsur tidak dapat berubah menjadi unsur lain. (atom tembaga tidak dapat berubah menjadi atom aluminium dan sebaliknya. c. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan, dapat bersenyawa membentuk molekul. Misalnya atom hidrogen dan oksigen membentuk molekul air (H2O). d. Atom-atom yang bersenyawa dalam molekul memiliki perbandingan tertentu dan jumlah keseluruhan yang tetap. Jumlah massa sebelum reaksi dan sesudah reaksi adalah sama. e. Jika dua atom membentuk dua senyawa atau lebih maka atom-atom yang sama dalam kedua senyawa itu memiliki perbandingan yang sederhana. 2. Model Atom Thomson Teori Atom Thomson :  Sebuah atom terdiri dari muatan-muatan listrik positif yang disebut proton yang menyebar merata di seluruh bagian atom, dan muatan-muatan negatif yang disebut elektron yang tersebar di antara proton-proton sedemikian hingga atom bermuatan netral.  Model atom Thomson ini menyerupai model roti kismis, dimana kismisnya menyebar merata di dalam roti. 3. Model Atom Rutherford a. Muatan listrik atom dan sebagian besar massa atom terpusat pada suatu titik yang disebut inti atom. Inti atom ini merupakan suatu daerah yang sangat kecil dengan diamater sekitar 10-14 m. b. Pada jarak yang relatif jauh dari inti atom tersebut, terdapat elektron-elektron beredar mengelilingi inti. Inti atom bermuatan listrik positif, sedangkan elektron bermuatan listrik negatif yang nilainya sama besar dengan nilai muatan listrik positif dari inti atom, sehingga muatan atom adalah netral. Kelemahan teori atom Rutherford a.Teori atom Rutherford tidak dapat menjelaskan spektrum cahaya yang dipancarkan oleh atom hidrogen ketika gas hidrogen tersebut dipanaskan atau dimasukkan ke dalam tabung dan diberi beda potensial listrik serah yang tinggi antara ujung-uung tabung tersebut. b.Teori atom Rutherford tidak dapat menjelaskan kestabilan atom. Berdasarkan hukum Coulomb, elektron yang berinteraksi dengan inti atom akan mengalami gaya Coulomb yang juga berfungsi sebagai gaya sentripetal. Akibatnya, elektron mengalami percepatan (percepatan sentripetal). Menurut teori gelombang elektromagnetik yang dikemukakan oleh Maxwell jika muatan (elektron) mengalami percepatan maka muatan tersebut akan memancarkan gelombang elektromagnetik. Jika demikian maka energi elektron berkurang dan akhirnya akan jatuh ke inti atom, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Model Atom Niels Bohr 1. Elektron hanya dapat mengorbit stabil, tanpa memancar, dalam orbit tertentu (disebut oleh Bohr yang "orbit stasioner”): pada set diskrit jarak tertentu dari inti. Orbit ini berhubungan dengan energi tertentu dan juga disebut kulit energi atau tingkat energi . Dalam orbit, percepatan elektron tidak mengakibatkan hilangnya radiasi dan energi yang dibutuhkan oleh elektromagnetik klasik. 2. Elektron hanya dapat memperoleh dan kehilangan energi dengan melompat dari satu orbit ke orbit lainnya yang diperbolehkan, menyerap atau memancarkan radiasi elektromagnetik dengan frekuensi ν ditentukan oleh perbedaan energi tingkat menurut hubungan Planck: RUMUS RYDBERG Energi dari foton yang dipancarkan oleh atom hidrogen diberikan oleh selisih dua tingkat energi hidrogen: dimana nf adalah tingkat energi final, dan ni adalah tingkat energi awal. Karena energi dari foton adalah : panjang gelombang dari foton yang dilepaskan diberikan oleh :

Prinsip Prinsip Kesetimbangan Kimia

PRINSIP – PRINSIP KESETIMBANGAN KIMIA Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju yang sama dengan air menguap Pelarutan padatan, sampai pada titik laju padatan yang terlarut sama dengan padatan yang mengendap saat konsentrasi larutan jenuh (tidak ada perubahan konsentrasi) Kesetimbangan Hidrogen-Iod-Hidrogen Iodida Dari tiga percobaan diatas didapat suatu hubungan yang menunjuk pada angka numeris tertentu Tiga percobaan tidak cukup untuk menetapkan nilai tetapan diatas, tetapi dari percobaan yang berulang-ulang pada 445oC akan memberikan hasil yang sama Tetapan Kesetimbangan Kc Untuk reaksi umum, aA + bB + … Û gG + hH + … Rumus tetapan kesetimbangan berbentuk Pembilang adalah hasil kali konsentrasi spesies-spesies yang ditulis disebelah kanan persamaan ([G], [H] …) masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam persamaan reaksi yang setara (g, h …). Penyebut adalah hasil kali konsentrasi spesies-spesies yang ditulis disebelah kiri persamaan ([A]. [B] ..) juga setiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (a, b, …). Nilai numerik tetapan kesetimbangan Kc sangat tergantung pada jenis reaksi dan suhu. Ikhtisar Persamaan apapun yang digunakan untuk Kc harus sesuai dengan reaksi kimianya yang setara Jika persamaannya dibalik, nilai Kc dibalik yaitu persamaan yang baru kebalikan dari persamaan aslinya Jika koefisien dalam persamaan setara dikalikan dengan faktor yang sama, tetapan kesetimbangan yang baru adalah akar berpangkat faktor tersebut didapat tetapan kesetimbangan yang lama Penggabungan Rumus Tetapan Kesetimbangan Jika diketahui: N2(g) + O2(g) Û 2NO(g) Kc = 4,1 x 10-31 N2(g) + ½ O2(g) Û N2O(g) Kc = 2,4 x 10-18 Bagaimana Kc reaksi: N2O(g) + ½ O2(g) Û 2NO(g) Kc = ? Kita dapat menggabungkan persamaan diatas N2(g) + O2(g) Û 2NO(g) Kc = 4,1 x 10-31 N2O(g) Û N2(g) + ½ O2(g) Kc = 1/(2,4 x 10-18) = 4,2 x 1017 N2O(g) + ½ O2(g) Û 2NO(g) Kc = ? Tetapan kesetimbangan untuk reaksi bersih adalah hasil kali tetapan kesetimbangan untuk reaksi-reaksi terpisah yang digabungkan Tetapan Kesetimbangan yang Dinyatakan sebagai Kp Tetapan kesetimbangan dalam sistem gas dapat dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas, bukan konsentrasi molarnya Tetapan kesetimbangan yang ditulis dengan cara ini dinamakan tetapan kesetimbangan tekanan parsial dilambangkan Kp. Misalkan suatu reaksi 2SO2(g) + O2(g) Û 2SO3(g) Kc = 2,8 x 102 pd 1000 K Kuosien dan tetapan kesetimbangan Reaksi bersih berlangsung dari kiri ke kanan jika Q < Kc Reaksi bersih berlangsung dari kanan ke kiri jika Q > Kc

Perubahan Entalpi

Perubahan Entalpi (ΔH) Perubahan entalpi (∆H) adalah perubahan kalor yang terjadi pada suatu rekasi kimia. ∆H merupakan selisih antara entalpi produk (HP) dan entalpi reaktan (HR). Rumus : ∆H = HP - HR Ketentuan Entalpi (H) dan Perubahan Entalpi (ΔH) Jika H produk lebih kecil daripada H reaktan maka akan terjadi pembebasan kalor. Harga ∆H negatif atau lebih kecil daripada nol. 2H2 + O2 à 2H2O + kalor 2H2 + O2 à 2H2O ∆H = - Jika H produk lebih besar daripada H reaktan maka akan terjadi penyerapan kalor. Harga ∆H positif atau lebih besar daripada nol. 2H2O + kalor à 2H2 + O2 2H2O à 2H2 + O2 - kalor 2H2O à 2H2 + O2 ∆H = + Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan sehingga kalor dari sistem akan berkurang. Tanda reaksi eksoterm ∆H = - Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem sehingga kalor dari sistem akan bertambah. Tanda reaksi endoterm ∆H = + Perubahan Entalpi Standar (∆H˚) Perubahan entalpi reaksi yang diukur pada temperatur 298 K dan tekanan 1 atmosfer disepakati sebagai perubahan entalpi standar. Persamaan Termokimia. Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang dilengkapi dengan harga perubahan entalpi (∆H). Persamaan termokimia selain menyatakan jumlah mol reaktan dan jumlah mol produk, juga menyatakan jumlah kalor yang dibebaskan atau diserap pada reaksi itu dalam satuan kJ atau dalam molar kJ/mol. Jenis-jenis Perubahan Entalpi Standar (∆H˚) 1. Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔH˚f = standard entalphy of formation). 2. Perubahan entalpi penguraian standar (ΔH˚d = standard entalphy of decomposition). 3. Perubahan entalpi pembakaran standar (ΔH˚c = standard entalphy of combustion). 4. Perubahan entalpi pelarutan standar (ΔH˚s = standard entalphy of solubility). Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (ΔH˚f) Perubahan entalpi pembentukan standar adalah perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada keadaan standar. (temperatur 298, tekanan 1 atm). 1. Perubahan entalpi pembentukan gas CO2 adalah – 393,5 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Perubahan entalpi H2O (l) adalah -285,8 kJ/mol. Tentukan persamaan termokiamianya! Perubahan Entalpi Penguraian Standar (ΔH˚d) Perubahan entalpi penguraian standar adalah perubahan entalpi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar. 1. Perubahan entalpi penguraian gas NO adalah – 90,4 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Perubahan entalpi penguraian H2O(l) adalah + 285,8 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (ΔH˚c) Perubahan pembakaran standar adalah perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol unsur atau senyawa dalam keadaan standar. 1. Perubahan entalpi pembakaran gas CH4 adalah -802 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! 2. Perubahan entalpi pembakaran CH3OH(l) adalah -638 kJ/mol. Tentukan persamaan termokimianya! Perubahan Entalpi Pelarutan Standar (ΔH˚s) Perubahan entalpi pelarutan standar adalah perubahan entapi pada pelarutan 1 mol zat menjadi larutan encer. Contoh : 1. NaOH(s) --------à NaOH(aq) 2. NaCl(s) --------à NaCl(aq)

Stokiometri

STOIKIOMETRI ISTILAH Asal : Yunani “ stoicheion” : unsur Arti luas : perhitungan zat dan campuran kimia BILANGAN AVOGADRO DAN KONSEP MOL Bilangan avogadro : 6,0225 x 1023 1 mol suatu zat : sejumlah X partikel yang terkandung dalam suatu zat (unsur, senyawa atau ion). bilangan avogadro Zat : unsur, senyawa dan/ ion. 1 mol suatu unsur (misal : Na) = 6,0225 x 1023 atom 1 mol suatu senyawa (misal : H2O) = 6,0225 x 1023 molekul 1 mol suatu ion (misal : Cl-) = 6,0225 x 1023 ion Mol suatu unsur = gram / masa atom (MA) Mol suatu senyawa = gram / masa rumus (MR) Molekul : sekumpulan atom-atom yang terikat & merupakan kesatuan,memiliki sifat-sifat fisik & kimiawi yang khas. Contoh : H2O Satuan rumus : sepasang atom atau ion dari sekumpulan atom atau ion yang banyak. Contoh : NaCl, MgCl2 Rumus kimia yang didasarkan pada satuan rumus disebut rumus sederhana / rumus empiris Rumus kimia yang didasarkan pada satuan molekul disebut rumus molekul. Rumus molekul sering merupakan kelipatan dari rumus empiris. Perhitungan yang Melibatkan Konsep Mol Berapa atom yang terdapat dalam 2,8 mol logam besi? Jawab : 2,8 x (6,023 x 1023 ) = 16,9 x 1023 atom Berapa mol magnesium (Mg) yang terdapat dalam kumpulan 3,05 x 1020 atom Mg? Jawab : (3,05 X 10 20)/(6,023X 10 23) = 0,507 X 103 mol Mg Berapa atom Na yang terkandung pada 15,5 gram Na? Diketahui MA Na = 23. Jawab : mol Na = (gram Na)/(MA.NA)= 15,5/23= 0,674 mol Na Jumlah atomNa = 0,674 X 6,023 X1023 =4,06 X 1023 atom Na SUSUNAN SENYAWA KIMIA Contoh soal : Berapa banyaknya atom H yang terdapat dalam 75 gram DDT (C14H9Cl5). Diketahui : masa atom H = 1,01 Jawab : mol H = (9 x MA.H)/(MR.C14H9CL5) = (9 X 1)/354,5 X 75 gr =1,923 mol jadi banyaknya atom H =1,923X (6,023 X 1023) = 11,582 X 1023 atom = 1,15 X 1024 atom Perhitungan Persen Susunan Suatu Rumus Kimiawi Mencari persentase masing-masing unsur dalam DDT (C14H9Cl5) : Memulai dengan perbandingan mol Merubahnya menjadi perbandingan masa Kalikan dengan 100%

persamaan kimia dan hasil reaksi

PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI 1. RUMUS KIMIA 2. MENULISKAN PERSAMAAN KIMIA YANG BALANS 3. HUBUNGAN MASSA DALAM REAKSI KIMIA 4. REAKTAN PEMBATAS 5. HASIL PERSENTASE PERSAMAAN KIMIA Reaktan (Pereaksi) Produk (Hasil Reaksi) 1. RUMUS KIMIA • RUMUS EMPIRIS (RE) : Rumus yang paling sederhana dicerminkan oleh jumlah atom untuk setiap jenis atom dalam suatu senyawa • RUMUS MOLEKUL (RM) : Jumlah atom setiap unsur didalam molekul Misal rumus empiris glukosa (CH2O)n nisbah C : H : O = 1 : 2 : 1 Bila diketahui Mr = 180, maka n = 6 rumus molekul glukosa = C6H12O6 Bagaimana dengan CoCl2 ? • Padatan kobalt(II) klorida • Rumus empiris CoCl2 gaya tarik yang kuat : antar molekul dan antar atom kobalt dan atom klorin kedua gaya sulit dibedakan ikatan ionik • Merupakan molekul raksasa (kristal) • Jadi CoCl2 sebagai unit rumus bukan sebagai molekul CoCl2 Contoh 2.1 Pada pembakaran 30 g senyawa organik dihasilkan 44 g CO2 (Mr = 44) dan 18 g H2O (Mr = 18). Tentukan rumus empiris senyawa organik tersebut Penyelesaian 44 g CO2 = 1 mol CO2 = 1 mol C = 12 g C 18 g H2O = 1 mol H2O =2 mol H = 2 g H Bobot O = 30 g – (12 g + 2 g) = 16 g O = 1 mol O Nisbah C : H : O = 1 : 2 : 1 Rumus empiris = (CH2O)n  RUMUS KIMIA DAN PERSENTASE KOMPOSISI ETILENA Rumus Empiris : (CH2)n Rumus Molekul : C2H4 Massa C = 12,011 g Massa H = 2,0159 g Jumlah 14,027 g PERSENTASE MASSA KARBON = x 100% = 85, 628% C HIDROGEN = x 100% = 14, 372% H MENULISKAN PERSAMAAN KIMIA YANG BALANS _Al + _HCl → _AlCl3 + _H2 REAKTAN PRODUK - Beri tanda untuk diisi dengan koefisien setiap reaktan dan produk - Beri koefisien 1 pada AlCl3 kemudian koefisien 3 pada HCl dan 1 1/2 pada H2 Berdasarkan perjanjian koefisien 1 didepan AlCl3 dan Al tidak perlu dituliskan. CONTOH Amonia merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan pupuk urea. Di industri, amonia dihasilkan melalui proses Haber yang menggunakan gas nitrogen dan hidrogen sebagai reaktan. Tuliskan persamaan kimia yang balans untuk proses ini. Penyelesaian _N2 + H2 à _NH3 Mulailah dengan koefisien 1 untuk NH3, sebab spesies paling rumit, Jadi koefisien N2 = 1/2, koefisien H2 = 1 ½, kemudian semua koefisien dikalikan dua N2 + 3 H2 à 2 NH3 3. HUBUNGAN MASSA DALAM REAKSI KIMIA Hubungan antara massa reaktan dan produknya disebut stoikiometri (Yunani: stoicheion = unsur + metron = ukuran) 2 C4H10 + 13 O2 → 8 CO2 + 10 H2O Artinya : 2 mol C4H10 + 13 mol O2→ 8 mol CO2 + 10 mol H2O 116,3 g C4H10 + 416,0g O2 → 352,1 g CO2 + 180,2 g H2O Contoh Kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2, digunakan sebagai bahan pemutih. Senyawa ini dihasilkan dari NaOH, Ca(OH)2, dan Cl2 menurut persamaan 2 NaOH + Ca(OH)2 + 2 Cl2 à Ca(OCl)2 + 2 NaCl + 2 H2O Berapa gram Cl2 dan NaOH yang bereaksi dengan 1067 g Ca(OH)2, dan berapa gram Ca(OCl)2 yang dihasilkan? Penyelesaian Jumlah mol Ca(OH)2 yang dikonsumsi ialah 1067 g Ca(OH)2 ------------------------ = 14,40 mol Ca (OH)2 74,09 g mol-1 2 NaOH + Ca(OH)2 + 2 Cl2 à Ca(OCl)2 + 2 NaCl + 2 H2O Jika 14,40 mol Ca(OH)2 bereaksi maka: mol NaOH = 28,80 mol NaOH mol Cl2 = 28,80 mol Cl2 mol Ca(OCl)2 = 14,40 mol Ca(OCl)2 Dari jumlah mol dan massa molar reaktan serta produknya, massa yang dicari ialah : massa NaOH = (28,80 mol)(40,00 g mol-1) =1152 g massa Cl2 = (28,80 mol)(70,91 g mol-1) =2042 g massa Ca(OCl)2 = (14,40 mol)(142,98 g mol-1) =2059 g 4. REAKTAN PEMBATAS • Reaktan yang habis pertama kali ialah reaktan pembatas, reaktan lain dalam keadaan berlebih. • Produk yang diperoleh berdasarkan pada reaktan pembatas • Reaktan pembatas dapat dihitung secara stoikiometri dengan satuan jumlah reaktan (sjr) yang diperoleh dari jumlah mol dibagi koefisiennya. • Reaktan yang mempunyai sjr terkecil merupakan reaktan pembatas. Contoh Sebanyak 1 mol KIO3 direaksikan dengan 4 mol KI dan 6 mol HCl, reaksi : KIO3 + 5KI + 6HCl → 6 KCl + 3I2 + 3H2O Apakah semua reaktan akan habis? Tentukan reaktan pembatasnya dan berapa gram I2 akan terbentuk? (Ar I = 127) Penyelesaian nisbah mol tidak sama dengan nisbah koefisien, jadi reaktan tidak habis semuanya sjr KIO3 = 1 mol/1 = 1, sjr KI = 4 mol/5 = 0,8 sjr HCl = 6 mol/6 = 1 Reaktan pembatas = KI (sjr KI paling kecil) mol I2 = 3/5 x 4 mol = 2,4 mol gram I2 = 2,4 mol x 254 g mol-1 = 609,6 g Contoh Sebanyak 500 ml HCl 2,5 M direaksikan dengan 2 liter Ba(OH)2 0,2 M. Tentukan massa BaCl2 yang terbentuk dan massa reaktan yang tersisa. Penyelesaian mol HCl = 2,5 M x 0,5 liter = 1,25 mol mol Ba(OH)2 = 0,2 M x 2 liter = 0,4 mol Reaksi : 2HCl + Ba(OH)2 → BaCl2 + 2H2O sjr HCl = 0,625 sjr Ba(OH)2 = 0,4 Reaktan pembatas = Ba(OH)2 mol BaCl2 = 0,4 mol Reaktan tersisa = HCl mol HCl tersisa = 1,25 mol – 0,8 mol = 0,45 mol massa HCl tersisa = 0,45 mol x 36,5 g /mol = 16,425 g 5. HASIL PERSENTASE Hasil persentase (% hasil) suatu reaksi adalah nisbah jumlah produk sesungguhnya yang diperoleh (eksperimental) atau hasil nyata terhadap hasil teoritis dari persamaan reaksi dikali seratus persen. Hasil Nyata % Hasil = x 100% Hasil Teoritis Hasil nyata biasanya lebih kecil dari hasil teoritis.

Korosi

Artikel Korosi Pengertian korosi Korosi adalah kemerosotan atau kerusakan sifat logam oleh karena proses elektrokimia, yang biasanya berjalan lambat. Contohnya yang paling umum adalah koroso logam besi dengan terbentuknya karat oksidanya. Dengan demikian korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodic yaitu oksidasi logam menjadi ionnya dengan melepaskan electron kedalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengosumsi electron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hydrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Reaksi Kimia Korosi Logam Untuk contoh korosi logam dalam udara lembab, proses reaksi redoks yang terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut: Anoda : { Fe (s)  Fe2+ (aq) + 2 e} 2X Katoda : O2 (g) + 4 H+ (aq) + 4 e  2 H2O (l) Redoks : 2 Fe (S) + O2 (g) + 4 H+ (aq)  Fe2+ (aq) + 2 H2O (l) Dari data potensial electrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini adalah Eo sel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida : 4 Fe2+ (aq) + O2 (g) + (4+2x) H2 O (I) 2 Fe2O3.vH2O+8 H+ (aq) Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi electron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi adalah: O2 (g) + 2H2O (l) + 2 e 4 OH- (aq) Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan langsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif dibandingkan besi, proses korosi lanjut menjadi terhambat karena hasil oksidasi, Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar. Penyebab Korosi Korosi merupakan reaksi kimia yang terjadi secara alami dan spontan. Tanpa campur tangan manusia, logam dapat bereaksi dengan factor luar dan menyebabkan peristiwa korosi. Beberapa factor penyebab korosi antara lain : 1. Tingginya reaktivitas logam 2. Adanya zat pengotor 3. Adanya udara bebas, uap air, dan gas tertentu seperti CO2 dan SO2 4. Adanya zat-zat elektrolit Laju Korosi Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan kondisi mpy (mils per penetration) Mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A) (dt) Dimana A = luas permukaan korosi (in 2) D= massa jenis logam (g/cm3) t = waktu korosi (hari) Pencegahan korosi Perlindungan Katidik Prinsip dari perlindungan katodik adalah mengubah potensial elektroda dari struktur logam sehingga dapat menambah “kekebalan” logam yang ingin dilindungi. Bagian yang dilindungi tentu saja adalah permukaan, sehingga menutup kemungkinan terjadinya reaksi korosi. Perlindungan katodik penting digunakan untuk logam alat-alat selam dan bawah tanah. Penghambat (inhibitor) korosi Adanya molekul asing dapat mempengaruhi reaksi pada permukaan. Proses korosi adalah salah sato jenis reaksi permukaan. Korosi dapat dikendalikan dengan senyawa asing yang dikenal dengan senyawa inhibitor (penghambat). Senyawa penghambat dapat terabsorsi pada permukaan logam yang bereaksi. Senyawa tersebut langsung menyerap ke arah lapisan permukaan logam. Senyawa penghambat dapat bekerja pada cara yang berbeda, yaitu memblokir bagian yang rawan korosi dan mencegah laju anodic maupun katodik. Cara lainnya adalah dengan meningkatkan potensial elektroda. Contoh senyawa yang dapat menghambat reaksi anodic adalah heksilamina dan natrium benzoate. Dengan cara sama, oksidator seperti nitrit, kromat, amina, tiourea juga dapat digunakan untuk menghambat korosi

Integrasi Penyinaran Dengan Sinar UV Pada Proses Inversi Fase Untuk Pembuatan Membran Non-Fouling

Ringkasan Jurnal Integrasi Penyinaran Dengan Sinar UV Pada Proses Inversi Fase Untuk Pembuatan Membran Non-Fouling 1. Latar Belakang Membran merupakan lapisan tipis diantara dua fase yang bersifat selektif (semi permeabel) dan berfungsi mengatur perpindahan komponen pada dua kompertemen yang berdekatan tersebut salah satu jenis membran yang banyak digunakan di Industri adalah membran (UF). pembuatan membran UF dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi non-solvent induced Phase Separation, (VIPS), (EIPS), dan (TIPS) Cara yang paling banyak digunakan adalah NIPS yaitu dengan memasukkan proto membran kedalam bak yang berisi non-solvent. Membran UF telah banyak diaplikasikan di Industri pangan, pengelolah limbah cair, dll. Akan tetapi pada pemisahan dengan membran ,masalah utama yang sering muncul adalah timbulnya fouling. Fouling ini akan mengurangi kinerja membrane. Beberapa peneliti mengenai pembuatan membran non-fouling telah dilakukan, seperti dengan memodifikasi permukaan membran komersial. Akan tetapi pada metode ini diperlukan langkah tambahan untuk menghasilkan membran yang diinginkan . Metode lain yang sudah dilakukan adalah blending yaitu dengan menambahkan langsung agen anti-founling pada saat pembuatan membran. Cara ini memiliki kelemahan yaitu membran yang dihasilkan modifikasinya tidak stabil. Oleh karena itu didalam penelitian ini akan dibuat suatu membrane non-fouling yang tidak memerlukan langkah tambahan tetapi modifikasinya stabil. Penelitian ini menggabungkan kedua metode sehingga diperoleh membrane non-fouling yang modifikasinya stabil dalam satu tahapan proses, dengan proto membrane disinari dengan sinar UV sebelum dilakukan proses kogulasi. 2. Hasil & Pembahasan Karakterisasi Membran Uji Fluks Air Murni Dilakukan untuk mengukur kinerja membrane. Pengukuran fluk membrane dilakukan dengan sel Amicon dengan aliran deadend untuk mengukur laju air permeat per satuan luas per satuan waktu. Fluk membrane yang disinari UV selama 5 menit cenderung turun dibandingkan dengan besar fluk pada membrane yang tidak disinari sinar UV. Dikarenakan adanya jeda waktu antara membrane setelah dicetak dan sebelum dimasukkan ke dalam bak koagulasi yang menyebabkan terbentuknya membrane non pori. Membrane tanpa sinar UV yang ditambahkan PEG memiliki fluks lebih besar disbanding membrane tanpa PEG karena PEG mempunyai fungsi sebagai pembentuk pori membrane sehingga dapat menghasilkan pori lebih besar. Sinar UV A lebih rendah dari UV C karena UV C dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari UV A. memberikan energy yang lebih besar. Dengan menambahkan benzophenone ,fluks membrane menjadi semakin naik karena dengan penambahan benzophonone yang berfungsi fotoiinisiator yang mempercepat pembentukan radikal bebas sehingga menyebabkan pori membrane menjadi terbuka dan fluksnya meningkat. Kesimpulan Membran UF dapat dihasilkan dengan metode inversi fase, dimana penambahan PEG, lama penyinaran sinar UV, dan penambahan inisiator berpengaruh terhadap pembentukan pori membrane. Semakin lama penyinaran sinar UV maka pori semakin besar karena adanya proses pemotongan rantai polimer yang banyak terjadi pada suhu rendah, sedangkan proses ikatan silang yang banyak terjadi pada suhu tinggi. Pada uji fouling adsorptive besarnya ph berpengaruh terhadap jenis muatan larutan, penambahan PEG dapat meningkat sifat hiddrofilik membrane, penyinaran UV menghasilkan ikatan radikal bebas yang membuat PEG tidak hanya bercampur, tetapi juga terjadi ikatan kimia yang menjadikan membrane lebih stabil dan tahan terhadap fouling. Pada uji ultrafilrasi semakin lama perbukaan akan terdapat tumbukan partikel yang konstan sehingga membuat fluks turun pada menit ke 30 akan turun. Fluks pada membrane PES adlah terendah. Sedangkan tertinggi pada PES-PEG-UVA sifat PES menjadi hidrofilik atau suka terhadap air di tambah pengaruh UV sebagai pembentuk pori menyebabkan kemampuan reaksi membrane semakin menurun. Dari hasil SEM dapat membuktikan bahwa penambahan PEG dan sinar UV dapar mempengaruhi besar pori membrane dimana pori terbesar terdapat pada membrane PES-PEG-UVC.